BERITABANDUNG.id – Berawal dari kesukaannya pada kereta api mengantarkan Eddy Mardijanto (52) menggeluti bisnis membuat miniatur kereta api hingga mendatangkan pundi-pundi ke koceknya.
Warga Jalan H. Haris, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi itu fokus menggeluti dan mengembangkan bisnisnya di rumah yang kemudian disulap jadi workshop kecil-kecilan.
Kesukaannya pada kereta api ternyata juga diwarnai oleh masa lalu Eddy mengingat sang ayah pernah bekerja di PT. KAI. Selain itu rumah masa kecilnya ternyata berada di samping perlintasan kereta api.
Saat media menyambangi workshopnya, terlihat anak buah Eddy masih memoles beberapa rangka miniatur kereta api yang sudah setengah jadi. Ada yang sedang memulas warna, memasang bagian body kereta, lalu membuat cetakan mika untuk wadah miniaturnya.
Eddy mengatakan dirinya mulai menggeluti bisnis membuat dan menjual miniatur kereta api sejak 2002, bertepatan dengan selesainya masa bakti di PT. Dirgantara Indonesia (PTDI).
“Awalnya itu 2002, saya dengan teman-teman iseng membuat miniatur kereta. Ternyata banyak suka, akhirnya berlanjut sampai 2008 kita produksi berbagai jenis miniatur kereta api,” ungkap Eddy.
Menginjak penghujung 2008, Eddy mulai berpikir untuk mengembangkan usahanya dan berjalan secara mandiri hingga saat ini. Ribuan jenis miniatur kereta api telah berhasil Eddy buat dan banjir pesanan dari berbagai instansi di Indonesia bahkan luar negeri.
“2008 saya jalan sendiri dan workshopnya masih di sini. Alhamdulillah karena sudah punya pangsa pasar, jadi tinggal melanjutkan. Kebanyakan pesan buat suvenir, seperti dari PT. KAI bahkan dari Belanda, Jepang, dan Amerika juga ada,” jelasnya.
Tak cuma kereta api saja, Eddy juga sanggup membuat miniatur jenis lainnya, sebut saja kapal laut dan kendaraan tempur TNI. Namun tentu saja, kereta api lah yang paling sohor dan jadi andalannya.
Selama menjalankan bisnisnya, beragam jenis miniatur kereta api sudah pernah dibuatnya. Seperti lokomotif uap zaman Belanda, lokomotif jenis CC 206, CC 205, LRT, dan KRL sudah sempat dibikinnya.
“Yang paling murah itu dari harga Rp 300 ribu sampai paling mahal Rp 5 juta. Yang paling mahal pernah saya bikin itu lokomotif uap ukuran panjang 2 meter, harganya sampai Rp 9 juta,” ceritanya.
Untuk membuat miniatur itu Eddy menggunakan bahan baku akrilik yang dibentuk dengan cutting laser. Sebelumnya, Eddy menggunakan bahan PVC Hi Impact yang lazim digunakan untuk membuat maket.
Pandemi COVID-19 pada awal Maret 2020 lalu sempat mengganggu produksinya. Lantaran saat itu dirinya terpaksa meliburkan pekerjanya dengan alasan keselamatan.
“Ya sempat terganggu omzet dan pesanan turun 40 persen. Normalnya sebulan itu bisa sampai Rp 25 juta, tapi pas pandemi kemarin hanya Rp 15 juta. Tapi ya kita kan terus berusaha, sampai sekarang Alhamdulillah pesanan selalu ada,” pungkasnya. (Red)