BERITABANDUNG.id – Gelaran Bandung Jazz Jamming: A True City of Urban Life yang berlangsung di Ruang Putih Bandung, Kamis 9 Oktober 2025, menjadi salah satu acara yang paling mencuri perhatian dalam rangkaian Asia Afrika Youth Festival (AAYF) dan Asia Afrika Festival 2025.
Tak hanya menampilkan pertunjukan musik berkualitas, kegiatan ini juga membuka ruang dialog antara musisi, kreator, dan komunitas tentang arah baru industri musik dan pariwisata Kota Bandung.
Kegiatan ini menghadirkan tiga tokoh inspiratif: Erlan Effendy (musisi senior), Jordi Hendrisa (creativepreneur), dan Macky Hikmatin (founder Ruang Putih).
Mereka sepakat bahwa Bandung memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai kota jazz dunia — dan Bandung Jazz Jamming merupakan langkah awal menuju penyelenggaraan Bandung Jazz Week 2026.
Musisi senior Erlan Effendy menilai bahwa Bandung memiliki karakter yang selaras dengan semangat musik jazz.
Keduanya sama-sama hidup dari kebebasan berekspresi, improvisasi, dan keinginan untuk terus berinovasi.
“Jazz itu bukan sekadar musik, tapi cara berpikir dan gaya hidup. Bandung juga seperti itu – penuh kreativitas, spontan, tapi tetap punya harmoni. Kalau ini dikembangkan dengan baik, Bandung bisa jadi kota jazz sejati,” ujar Erlan.
Menurutnya, Bandung memiliki sejarah panjang sebagai rumah bagi musisi dan komunitas kreatif. Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi lintas sektor, potensi tersebut dapat menjadi motor penggerak pariwisata budaya baru.
Sementara itu, Jordi Hendrisa, seorang creativepreneur muda mengungkapkan pentingnya menghubungkan dunia musik dengan sektor ekonomi kreatif lainnya.
Menurutnya, Bandung Jazz Jamming merupakan momentum untuk memperkuat ekosistem antara pelaku seni, UMKM, pariwisata, dan gaya hidup urban Bandung.
“Acara seperti ini harus menjadi bagian dari kalender kota kreatif. Jazz Week 2026 nanti jangan hanya jadi festival musik, tapi pengalaman kota. Bayangkan setiap kafe, taman, dan galeri di Bandung menggelar jazz dengan konsep berbeda – itu baru khas Bandung,” ungkap Jordi.
Ia menilai, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan kegiatan. Jazz, katanya, bukan hanya soal panggung, tetapi cara membangun interaksi ekonomi dan sosial yang berdaya.
Sebagai tuan rumah acara, Macky Hikmatin menjelaskan, Bandung Jazz Jamming merupakan bagian dari upaya Ruang Putih untuk menjadi wadah tumbuhnya gagasan kreatif.
Melalui kolaborasi dengan Asia Afrika Youth Festival (AAYF), acara ini dirancang bukan hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai ruang ide menuju Bandung Jazz Week 2026.
“Ruang Putih kami desain sebagai inkubator gagasan. Kami ingin melahirkan event yang tumbuh dari bawah, dari komunitas. Bandung Jazz Jamming ini jadi percikan awal – semoga tahun depan bisa berkembang jadi Bandung Jazz Week yang lebih besar,” ujar Macky.
Ia menambahkan, kolaborasi dalam semangat Asia Afrika sangat relevan, karena Bandung sudah dikenal dunia sebagai kota dengan nilai solidaritas, perdamaian, dan kreativitas.
Sebagai bagian dari Asia Afrika Youth Festival dan Asia Afrika Festival 2025, Bandung Jazz Jamming juga menjadi simbol kesinambungan antara sejarah dan modernitas.
Jika Konferensi Asia Afrika (KAA) melahirkan solidaritas antarbangsa, maka kegiatan musik seperti ini diharapkan melahirkan solidaritas budaya antar generasi.
Keterlibatan musisi muda, kreator, dan komunitas lokal diharapkan mampu memperkuat citra Bandung sebagai kota yang inklusif dan terbuka terhadap inovasi.
Jazz dijadikan jembatan universal yang menghubungkan semangat masa lalu Asia Afrika dengan dinamika urban masa kini.
Dengan semangat Asia Afrika dan energi kreatif anak muda, Bandung melangkah menuju visi besar: menjadikan Bandung Jazz Week 2026 sebagai ajang perayaan musik, budaya, dan gaya hidup urban yang mewakili jiwa sejati Kota Bandung — A True City of Urban Life.