BERITABANDUNG.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mewaspadai kondisi Sesar Lembang meski dalam dua tahun ini terpantau tenang atau dalam kondisi ‘tidur’.
Kasie Data dan Informasi BMKG Bandung, Rasmid menjelaskan alasan mengapa pihaknya kini mengkhawatirkan kondisi Sesar Lembang.
Pasalnya, menurut Rasmid, Sesar Lembang bisa saja memicu terjadinya gempa jika energi yang dikumpulkan telah cukup.
Dalam jangka waktu dua tahun itu, Sesar Lembang tercatat menimbulkan gempa sebanyak 14 kali.
Sementara, sebagaimana diberitakan PRFMNews.id dalam artikel “Sesar Lembang Sudah Dua Tahun ‘Tidur’ Bikin BMKG dan Warga Harus Makin Waspada, Kenapa?”, sejak tahun 2019 pergerakan tanah di Sesar Lembang yang mengakibatkan gempa tidak terjadi.
Sehingga saat tidak menunjukan adanya pergerakan sama sekali, artinya Sesar Lembang masih dalam proses pengumpulan energi untuk dihempaskan.
(BMKG prediksi gempa akibat Sesar Lembang hingga magnitudo 6,9 dan terasa di Kota Bandung. Baca hingga akhir artikel untuk ketahui penjelasannya)
“Gempa bumi itu ketika dia sudah terkumpul energinya, baru dia akan dilepaskan. Sesar Lembang ini sudah dilepaskan pada tahun 2010-2012. Dari tahun 2012 ke sini, itu adalah masa-masa pengumpulan energi, jadi masa-masa tenang dia mengumpulkan energi lagi dan suatu saat dia akan melepaskan energi tersebut,” ucapnya saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Sabtu 23 Januari 2021.
Ia pun tak menampik jika banyak orang yang mengira bahwa Sesar Lembang sudah tidak aktif lagi. Sehingga banyak pengembang yang membangun pemukiman di lokasi yang berdekatan dengan Sesar Lembang.
“Karena sudah telanjur ada pemukiman, kantor pemerintahan juga, ada tempat wisata, maka kita tidak bisa apa-apa. Salah satu caranya yaitu dengan mengenalkan pada masyarakat bahwa di sekitar wilayah kita itu ada ancaman yang cukup besar, yaitu Sesar Lembang yang suatu saat bisa saja bergerak,” kata dia.
Untuk itu, pihaknya bersama sejumlah instansi terkait melakukan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat terkait apa yang harus dilakukan pada saat gempa, sebelum gempa, dan setelah gempa.
“Kita harus mengedukasi masyarakat yang ada di wilayah itu, baik ke sekolah-sekolah, kami melakukan BMKG goes to school. Antisipasi sebelum gempa bumi, saat gempa bumi, dan setelah gempa bumi itu harus dipersiapkan. Kita ke instansi pemerintah dan masyarakat umum juga selalu memberikan informasi terkait hal tersebut” ujarnya.
Selain itu, ia meminta para pengembang atau warga yang hendak membangun tempat tinggal untuk memperhatikan aturan yang ada guna meminimalisir risiko bencana.
“Kalau struktural itu bangunan yang akan dibangun, yang belum terlanjur itu harus masuk dalam building code yang harus dibangun di Sesar Lembang, kemudian memberikan sosialisi dan capacity building tentang hal tersebut,” ujarnya. (Red)