BERITABANDUNG.id – Kecamatan Antapani menjadi penyumbang kasus COVID-19 tertinggi di Kota Bandung. Kasus terbanyak berasal dari klaster keluarga.

Dari data yang dirilis di Laman Pusat Informasi COVID-19 (Pusicov) Kota Bandung, Sabtu (19/6) malam, kasus positif aktif di Kecamatan Antapani mencapai 120 kasus dan salah satu kelurahannya, yakni Kelurahan Antapani Kidul menyumbang 85 kasus positif aktif COVID-19.

Kecamatan Antapani, ada di urutan pertama penyumbang kasus positif COVID-19 tertinggi di Kota Bandung terjadi pada Sabtu (19/6) kemarin.

“Sebenarnya naik ke nomor satu kemarin, sama hari ini, Sabtu-Minggu,” kata Camat Antapani Rahmawati Mulia via sambungan telepon, Minggu (20/6/2021).

Rahmawati mengungkapkan klaster keluarga yang berasal dari klaster perkantoran mendominasi kasus COVID-19 di Kecamatan Antapani.

“Saya tanya juga, ternyata kasus nya dari kantor dibawa ke rumah, saya cek lagi ke RW, pas dilihat satu RW ada tiga-empat rumah tersebar di beberapa RT, penularan dari klaster tempat kerja jadi klaster keluarga, jadikan masa inkubasi 5-7 hari, memang tidak mudik,” ungkapnya.

“Saya lihat satu rumah lima orang, jadikan klaster keluarga,” tambahnya.

Pihaknya sudah memerintahkan kepada setiap ketua RW di Kecamata Antapani agar melakukan penjagaan di setiap pintu masuk.

“Kita kasih pengumuman ke RW, terutama di salah satu kelurahan ya, Kelurahan Antapani Kidul. Saya minta ke pak RW, pintu masuk dan keluarnya agar ada yang jaga, saya sudah perintahkan di satu pintukan,” katanya.

Pihaknya juga meminta setiap ketua RW agar bergotongroyong dengan warga lainnya dalam membantu tetangga yang terkonfirmasi COVID-19 salah satunya memenuhi kebutuhan pangannya.

“Saya lihat ini tersebar, satu rumah ada enam orang. Kalau begitu sekeluarga itu tidak boleh keluar, bantu kebutuhannya, Alhamdulillah RW ngebantu dan kesadaran warga tinggi, langsung antigen mandiri, OTG enggak ada gejala,” jelasnya.

Untuk warga yang positif dan melakukan isolasi di rumahnya masing-masing diawasi oleh dokter dari puskesmas. Tak hanya itu, ditemukan juga kasus COVID-19 yang berasal dari kelompok pengajian yang ada di Kecamatan Antapani.

“Ada juga acara, seperti pengajian, bukan masalah pengajian nya, tapi setelah mengajinya makan-makan. Tidak ada larangan beraktivitas di masjid, tapi setelah itu cepat kembali ke rumah. Inimah botramnya, namanya sudah makan-makan buka masker,” tuturnya.

Rahmawati mengakui, dengan banyaknya penduduk di Kecamatan Antapani untuk menyediakan tempat isolasi mandiri cukup sulit. Meski demikian pihaknya tak kehabisan akal. Jika ada yang positif dan OTG, warga tersebut isolasi di rumahahnya. Sedangkan anggota keluarga yang negatif, tinggal rumah singgah sehat.

“Kami sediakan rumah singgah sehat, jadi RW sediakan satu tempat, misal ada lima anggota keluarga, di antara lima orang itu ternyata ada dua yang positif, tiga negatif. Tiga diambil sama kita, disimpan di rumah singgah sehat, ada di beberapa RW,” pungkasnya.