BERITABANDUNG.id – Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, Soni Bachtiar memaparkan capaian signifikan dalam penanganan lansia selama dua tahun terakhir. Dalam peringatan HLUN ke-29, Kamis 12 Juni 2025, ia menyampaikan, jumlah lansia terlantar terus menurun berkat kolaborasi lintas sektor.
Soni menjelaskan, Kota Bandung telah memiliki kebijakan yang berpihak pada lansia, yaitu Perda Nomor 2 Tahun 2021 tentang Kota Ramah Lansia.
Implementasinya dilakukan melalui berbagai program oleh Dinas Sosial dan pemangku kepentingan lainnya. Salah satunya penurunan signifikan kasus lansia terlantar.
Pada 2024 tercatat 455 kasus, turun 40,2% dibanding tahun sebelumnya. Per 11 Juni 2025, hanya tercatat 85 kasus. Jika dibanding semester pertama tahun lalu, turun hingga 77,2%.
Ia menilai, warga Kota Bandung semakin sadar akan tanggung jawab terhadap orang tua mereka.
Data menunjukkan pada 2023, 79% lansia terlantar berasal dari Bandung, sementara tahun 2024 angka itu turun menjadi 71,42%.
“Ini tanda positif bahwa kesadaran masyarakat membaik,” ujar Soni.
Ia juga menyebut jumlah lansia berdasarkan data kependudukan mencapai 266.552 jiwa, dengan 94.478 masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan menerima berbagai bantuan seperti PBI, BLT, dan PKH. Sekitar 85.000 di antaranya telah menerima bantuan sosial.
“Masih ada sekitar 9.000 lansia yang belum terlindungi. Ini jadi prioritas kami untuk dilindungi secara sosial,” ujarnya.
Soni menyinggung pentingnya aspek psikologis dalam pelayanan lansia, terutama laki-laki yang cenderung tertutup.
“Ini harus menjadi perhatian, apalagi dalam situasi pasca PHK atau tekanan ekonomi,” ucapnya.
Dalam HLUN 2025, Dinsos juga menghadirkan ruang curhat lansia yang didampingi psikolog.
“Curhat ini penting untuk melepaskan tekanan yang lama dipendam, terutama oleh bapak-bapak,” kata Soni.
Program inovatif lain yang diluncurkan adalah kolaborasi antara Pemkot dengan hotel dan restoran se-Kota Bandung dalam mendistribusikan surplus makanan.
“Hari ini saja ada 500 porsi bantuan dari hotel, ke depan akan menjadi 5.000 porsi per hari. Jika dinilai setara Rp40.000 per porsi, bisa mencapai Rp72 miliar per tahun, tanpa menggunakan APBD,” jelasnya.
Menurut Soni, Bandung kini masuk 10 besar kota dengan indeks kesehatan sosial tertinggi di Indonesia. Bahkan, berdasarkan survei Good Stat 2024, Bandung menempati posisi ketiga sebagai kota pilihan untuk menghabiskan masa tua.
Keberhasilan ini berdampak langsung terhadap peningkatan investasi.
“Lansia yang memilih Bandung akan butuh hunian, dan ini mendorong investasi. Maka, pelayanan terhadap lansia harus kita jaga dan tingkatkan,” tambah Soni.
Soni berharap, HLUN bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi momentum memperkuat gerakan nyata dalam merawat dan memuliakan para lansia.
“Dengan kolaborasi dan komitmen bersama, Bandung semakin layak sebagai kota ramah lansia,” ungkapnya.