BERITABANDUNG.id – Sekilas tidak ada yang beda dari pemukiman Kompleks Basis, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
Seperti wilayah pemukiman padat pada umumnya, suasana di kawasan Basis disesaki rumah yang saling berdempetan yang mengapit jalan berukuran sekitar 1-2 meter lebarnya.
Namun ada salah satu yang mencolok dan patut ditiru dari wilayah tersebut. Adalah kisah toleransinya yang sudah turun temurun dipupuk dan dijaga hingga kini.
Kondisi itu membuat Basis selalu diselimuti kesejukan. Meski mayoritas Muslim, namun ada juga yang beragama Kristen dan sebagainya. Selain itu, warganya berasal dari berbagai suku dan budaya yang berbeda-beda.
Ada Sunda, Batak, Ambon, Jawa, Manado. Meski begitu, warga yang berjumlah sekitar 790 jiwa lebih dari 300 Kepala Keluarga (KK) tetap rukun dan akur. Setiap hari kebesaran suku dan agama masing-masing, mereka selalu saling mengunjungi satu sama lainnya.
Contohnya, saat umat Islam merayakan Idul Fitri, maka umat lainnya dipastikan akan berkunjung dan mencicipi hidangan khas. Begitupun jika umat Kristen sedang merayakan Natal.
“Di sini campur, dari berbagai daerah dan agama. Tapi tetap sejuk dan saling menghormati dan membantu,” kata Ketua RW 14, Kelurahan Baros, Johny George Laurenz Muaya kepada Media, Minggu (4/4/2021).
Dulunya sekitar tahun 1960-an Basis merupakan asrama TNI di bawah pengawasan Kodim. Penduduk yang ada di sana pun adalah para TNI yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
“Dulunya kandang kuda, kemudian diubah jadi pemukiman buat tentara,” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, para TNI yang ada di kawasan Basis memasuki usia pensiun sehingga diteruskan oleh anak cucunya.
Selain itu, ada pula yang dijual ke masyarakat sipil sehingga mulai berubah menjadi pemukiman untuk masyarakat umum.
Bukan lagi khusus asrama TNI. Dulunya listrik, hingga air ditanggung oleh Kodim, namun setelah digunakan warga sipil, kewajiban pembayaran itupun otomatis menjadi tanggungjawab pemilik rumah.
“Akhirnya setelah dilepas Kodim, bayar listrik, pasang listrik, bayar air dan pajak sendiri,” ujar Johny.
Kini, penduduk di kawasan Basis sudah hidup tenang, rukun dan saling menghormati perbedaan masing-masing. Bahkan kawasan Basis dijadikan contoh sebagai daerah yang kondusif di perkotaan.
“Saya bertekad menjada kekondusifan ini. Warga akan selalu saling bantu, saling menghormati dan sebagainya,” ujarnya.
Setelah ada kejadian ledakan di Gereja Katedral, Makasar, Sulawesi Selatan, Johny menyampaikan pesan yang cukup menyentuh dan menyejukan. Ia meyakini semua agama mengajarkan kebaikan, baik Islam, Kristen dan sebagainya.
Sebagai umat Kristiani, Johny sama sekali tidak berpikir negatif atas kejadian ini. Menurutnya, kejadian peledakan itu hanya dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
“Islam ajarannya sama, tidak brutal. Dan Kristen juga sudah paham. Kita Gak nyalahin, karena agama mengajarkan yang baik,” tukasnya. (Red)